Customer Service

Jumat, 24 Desember 2010

Susu Kuda Liar Sumbawa Tekan Sel Kanker dan Tingkatkan Vitalitas

Pulau Sumbawa selain dikenal sebagai penghasil madu dengan kualitas baik, juga penghasil susu kuda liar. Penghasil susu kuda liar di Pulau Sumbawa terdapat di Saneo Dompu, Tolonggeru Donggo Bima, Wera Bima, Tepal Sumbawa dan beberapa tempat lain di gugusan pegunungan Pulau Sumbawa. Susu kuda liar yang sangat dikenal bahkan telah menjadi mitos untuk vitalitas terutama bagi kaum laki-laki. Apa sebenarnya yang terkandung dalam susu kuda liar tersebut sehingga mitos ini demikian lekat? “Seribu satu misteri masih bisa dikuak dari susu kuda liar,” ujar Dr. Diana Herawati, salah seorang peneliti susu kuda liar yang memfokuskan diri meneliti susu kuda di Desa Saneo Dompu. Desa Saneo dengan penduduknya yang ramah dan bersahaja, berada di bagian Utara Kota Dompu. Desa ini menjadi salah satu penghasil susu kuda liar berkualitas. Sebagian besar masyarakat di desa ini mendapat penghasilan dari produk alami susu kuda. Mereka jarang bekerja di bidang pertanian. Para peternak kuda di Saneo telah membentuk sebuah kelompok yang disebut Kelompok Hidup Bersama. Kelompok yang beranggotakan 50 peternak yang rata-rata memiliki 1-2 ekor kuda inilah mereka mengelola usaha susu kuda liar. “Masyarakat di sini mampu menyekolahkan anak-anak mereka dari hasil usaha susu kuda dan madu,” ujar Arifin, ketua kelompok tersebut.

Giatnya masyarakat Saneo terutama kelompok ini dalam usaha susu kuda liar yang telah berlangsung puluhan tahun, membuat Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian RI, memberikan penghargaan bagi kelompok ini berupa Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2009, bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian kategori pelaku usaha penerapan jaminan mutu peternakan, yang diserahkan langsung oleh Wakil Presiden RI, Boediono, beberapa tahun lalu di Istana Wakil Presiden Jakarta.

Sebelumnya, kuda-kuda di kampung ini tidak disadari memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat namun hanya dipergunakan untuk membantu warga mengangkut kayu dan hasil bumi serta dipakai sebagai alat transportasi ke ladang-ladang di sekitar perbukitan Saneo. 15 tahun belakangan, susu kuda mulai dikonsumsi sendiri oleh masyarakat Saneo, tidak untuk dijual. Setelah itu baru disadari bahwa susu kuda bernilai ekonomis. Maka para peternak mulai menjual susu kuda tersebut, namun pemasarannya masih dilakukan sendiri-sendiri sehingga harganya tidak tetap.

Hal ini membuat para peternak berpikir untuk kemudian bergabung dalam satu kelompok agar bisa melakukan pemasaran bersama-sama. Hal ini dilakukannya karena, suatu kali cerita Arifin dan peternak lain di Saneo, saat mereka menjual susu kuda tersebut kemudian diperbanyak dengan cara memalsukannya oleh pihak lain. Bagi para peternak, hal ini tidaklah membuat usaha mereka bisa berkembang dengan baik. Hingga suatu hari, tepatnya di tahun 2004, seorang peneliti dari Departemen Pertanian RI, Diana Hermawati, datang ke Saneo untuk meneliti khasiat yang terkandung dalam susu kuda liar. Atas prakarsa Diana, pada tahun 2005 kelompok peternak kuda liar Hidup Bersama ini pun terbentuk, sekaligus untuk menghindari pemalsuan susu kuda liar.

Dari hasil penelitian terhadap susu kuda liar ini, terdapat bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. “Susu kuda sangat baik karena mengandung 11 anti bakteri yang bisa membunuh berbagai bakteri penyebab penyakit antara lain, tipus, TBC, penyakit paru, asma dan penyakit saluran pernafasan lainnya,” ujarnya. Dari 2000 sampel susu kuda di Saneo yang diambil dari individu ternak yang diidentifikasi mengandung antimikroba yang sangat kuat, ujarnya. Antimikroba dalam susu kuda dapat menekan laju perkembangan sel kanker dan meningkatkan kekebalan tubuh dan vitalitas.

Hasil ini didapat setelah meneliti sampel susu kuda yang stabil dan terus menerus di Saneo Dompu. Sebelumnya, di beberapa daerah, Diana juga pernah melakukan penelitian serupa namun tidak bisa mendapatkan sampel susu kuda yang stabil dan kontinyu sehingga beberapa kali penelitian yang dilakukannya gagal. “Perlu sampel yang stabil dan terus menerus selama jangka waktu tertentu baru bisa didapat hasil tersebut,” kata Diana yang menghabiskan biaya sekitar Rp 1,1 miliar untuk melakukan penelitian susu kuda di berbagai daerah ini.

Susu kuda biasanya disebut dengan susu kuda liar. Tidak berbeda memang. Hanya saja penyebutan “liar” pada susu kuda memberikan arti yang semakin menguatkan khasiatnya. Padahal, disebut susu kuda liar karena kuda-kuda jinak tersebut kesehariannya memang dibiarkan liar diperbukitan terdekat dengan perkampungan warga. Namun, ketika masa pemerahan susu, kuda-kuda biasanya dibawa kembali ke kandangnya masing-masing.

Kelebihan susu yang dihasilkan dari kuda-kuda di Saneo adalah dibiarkan atau dilepas liar pada lahan organik seluas lebih kurang 100 hektare di perbukitan dekat Saneo. Lahan seluas ini telah diteliti dan dijaga kealamiannya sejak beberapa tahun lalu. Kuda-kuda ini dilepas pada kawasan tersebut tanpa diikat dan tidak boleh disuntik dengan jenis obat apa pun.

Bahkan lokasi pelepasan kuda-kuda di kawasan ini, terus dijaga karena harus bebas dari residu logam berat seperti pestisida dan lainnya sehingga tanaman sebagai makanan kuda tumbuh sebagai bahan makanan organik bagi kuda. Kawasan pelepasan kuda juga jauh dari pemukiman penduduk dan polusi. Bahkan jika kuda sakit tidak boleh diobati dengan obat-obatan yang mengandung bahan kimia. “Sejauh ini, para peternak masih terus mempertahankan hal ini,” kata Arifin.

”Susu kuda bukan hanya dikonsumsi sebagai bahan minuman melainkan juga berkhasiat baik bagi kulit karena mengandung gula gulin, protein yang bagus,” ujar Diana yang kini bertugas di Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian RI. Antimikroba yang terkandung dalam susu kuda juga sangat baik untuk regenerasi sel kulit dan juga menghilangkan jerawat.

Karena itu, produk-produk kecantikan berbahan dasar susu kuda mulai dikembangkan seperti, night cream, moisturizer, sabun mandi, sabun muka, body lotion, shampoo, dan lain-lain. ”Produk kosmetik yang dihasilkan dari susu kuda ini telah diuji selama dua tahun dan sebelum dilepas ke pasaran, telah dua tahun pula dilakukan testimoni terlebih dahulu pada pemakai,” ujar Diana.--nik

Diambil dari : http://www.cybertokoh.com/index.php?option=com_content&task=view&id=333&Itemid=63

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More